BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Karate
adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa
masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote”
yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme
Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi
mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’
(Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate
terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ dan berarti ‘kosong’.
Dan yang kedua, ‘te’, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan
kosong” (pinyin: kongshou).
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan
Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap
sebagai gaya karate yang utama yaitu:
1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu
Keempat
aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam
pembentukan JKF dan WKF. Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya
di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan
Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran
Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi
olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi
Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of
Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate
Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF
adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak
langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang
"kontak langsung".
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan Sejarah karate ?
2. Bagaimana Teknik dasar karate ?
3. Bagaimana Kondisi fisik karate ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui perkembangan sejarah karate
2. Mengetahui teknik dasar karate
3. Mengetahui kondisi fisik karate
D.
Manfaat
Dengan adanya makalah kita diharapkan memahami sejarah, teknik dasa dan kondisi fisik karate.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Karate
1.
Sejara katare Dunia
Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.
Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.
Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate-do Kyohan”. Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.
Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.
Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.
Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.
Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.
Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu.
2.
Sejarah karate di Indonesia
Karate masuk di Indonesia
bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia
yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang.
Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo,
Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di
Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan)
di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan
Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret
1964 di Jakarta.
Beberapa tahun kemudian
berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri
Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut
mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di
atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula
ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini
antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi
(Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Karate ternyata memperoleh
banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam
organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh
masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai
aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut,
sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan
adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam
upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres
ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama
Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
B.
Teknik dasar karate
Adapun gerakan – gerakan yang harus dikuasai oleh seorang karatedo antara lain sebagai berikut:
1.
Kuda-kuda (dachi)
Kuda – kuda atau bisa disebut dengan Dachi merupakan gerakan dasar yang wajib di kuasai dengan baik dan benar. Gerakan kuda – kuda adalah gerakan paling dasar yang merupakan tumpuan dari semua gerakan. Wajib bagi para karatedo untuk menguasai gerakan kuda – kuda ini dengan baik. Ada banyak macam – macam kuda – kuda yang dipelajari yaitu:
a. Hachiji-Dachi : Kuda-kuda dasar (kaki dibuka sebelah bahu)
b. Zen – kutsu – Dachi : Kuda – kuda berat depan
c. Ko – Kutsu –Dachi : Kuda – kuda berat belakang
d. Hangetsu – Dachi : Kuda – kuda berat tengah (dalam kata Hangetsu)
e. Heisoku – Dachi : Kuda – kuda berat tengah tetapi kedua kaki rapat (dalam Kata Unsu)
f. Neko – Ashi – Dachi : Kuda –kuda berat belakang (dalam Kata Unsu)
g. Sanshin – Dachi : Kuda – kuda berat tengah
h. Sochin – Dachi : Kuda – kuda berat tengah (dalam Kata Sochin)
2.
Pukulan (Zuki)
Gerakan pukulan dalam seni beladiri Karate ini biasa disebut dengan Zuki merupakan salah satu gerakan dasar yang juga sangat penting untuk dikuasai oleh para praktisi dengan baik dan benar. Ini berarti gerakan dasar ini tidak kalah pentingnya dengan gerakan kuda – kuda. Tehnik pukulan harus di kuasai dengan baik karena pukulan sangat kita perlukan untuk menyerang lawan. Berikut ini macam – macam tehnik pukulan yang harus dikuasai oleh para karatedo antara lain :
a. Oi – Zuki – Chudan : Pukulan kea rah perut atau ulu hati
b. Oi – Zuki – Jodan : Pukulan kearah kepala
c. Kisame – Zuki : Pukulan kearah kepala tetapi kaki tidak melangkah
d. Gyaku – Zuki : Pukulan kearah perut tetapi kaki tidak melangkah
e. Ura – Zuki : Pukulan yang bentuknya seperti Soto – Ude – Uke
f. Morete – Zuki : Pukulan dan dorongan
g. Agi – Zuki : Pukulan dengan tangan bagian dalam dan dan bentuknya seperti Agi – Uke
h. Choku – Zuki : Pukulan kearah perut dengan kuda – kuda Hachiji – Dachi
i. Kage – Zuki : Pukulan kesamping sperti pada Kata Tekki Shodan
j. Tate – Zuki : Pukulan yang bentuknya seperti Uchi – Ude – Uke
k. Yama – Zuki : Pukulan menggunung / pukulan ganda dengan kedua tangan
l. Morete – Hisame – Zuki : Pukulan dengan kedua tangan
m. Tetsui – Uchi : Tangan palu
n. Uraken – Uchi : Pukulan menyamping
o. Haishu – Uchi : Tangan pedang
p. Haito – Uchi : Tangan pedang
q. Empi : Sikutan
r. Shuto – Uchi : Tangan pedang
s. Tate – Shuto : Tangan Pedang
3.
Tendangan (Geri)
Tendangan atau biasa disebut dengan Geri ini merupakan salah satu tehnik yang digunakan untuk menyerang lawan selain menggunakan pukulan. Tendangan (Geri) ini dilakukan dengan tehnik tertentu. Adapun macam –macam dari Geri antara lain :
a. Mae – Geri : Tendangan kearah perut atau kepala dengan arah kedepan
b. Mawashi – Geri : Tendangan dengan kaki bagian atas
c. Yokp – Geri – Kekome : Tendangan dengan kaki bagian samping (di sodok)
d. Yoko – Geri – Keange : Tendangan dengan kaki bagian samping (di snap)
e. Usiro – Geri : Tendangan ke belakang
4.
Tangkisan (Uke)
Khusus untuk tehnik ini, dalam menangkis lawan posisi badan kita harus menyamping atau segaris dengan kuda – kuda. Hal ini ditujukan supaya jika pukulan atau tendangan dari lawan luput dari tangkisan kita, maka serangan tersebut tidak akan mengenai badan kita. Berikut ini adalah macam – macam Tehnik Tangkisan dalam karate:
a. Gedan Barai : Tangkisan bawah atau tangkisan Mae – Geri
b. Soto – Ude – Uke : Tangkisan tengah yang datangnya dari belakang telinga
c. Uchi – Ude – Uke : Tangkisan tengan yang datangnya dari bawah ketiak
d. Agi – Uke : Tangkisan atas
e. Shuto – Uke : Tangkisan tangan padang
f. Juji – Uke : Tangkisan dengan kedua tangan disilang
g. Morote – Uke : Tangkisan yang bentuknya seperti Morote – Zuk
C.
Kondisi Fisik
Pendukung Setiap nomor
pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik yang prima. Penting nya
kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik secara teoritis maupun secara
empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Harsono
(1988 : 153) bahwa, “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang
sempurna dari kondisi fisik dalam meningkatkan prestasi atlet. Kondisi fisik
dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet, karena tanpa dukungan
kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi maksimal akan sulit terwujud.
Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan kompleks, maka dibutuhkan beberapa
komponen kondisi fisik. Komponen kondisi fisik yang dibutuhkan oleh seorang
karateka saat bertanding adalah antara lain : ·
1. Kekuatan (strenght) Kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. ·
2. Kecepatan (speed) Kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-singkatnya. ·
3. Kelincahan (agility) Kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu. ·
4. Daya Tahan (endurance) Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus. ·
5. Kelentukan (flexibility) Efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. ·
6. Koordinasi (coordination) Kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. ·
7. Ketepatan (accuracy) Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. ·
8. Reaksi (reaction) Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Karate
atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya, karate
lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara
menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan kepada kefahaman umum
adalah serangan-serangan lurus dan mendatar
Serangan
biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk tumbukan dan belaan.
Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang mana amat sukar
untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris dan
membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak mempunyai penamat yang
mutlak. Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu
olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan
sebagainy
B.
Saran
Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga dari gangguan orang lain
DAFTAR PUSTAKA
http://simbolonbermanhot.blogspot.co.id/2013/05/analisis-kondisi-fisik-cabang-olahraga.html
http://karateindonesia.com/2016/11/11/gerakan-dasar-karate-untuk-pemula/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar