BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisik
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam latihan untuk mencapai
suatu prestasi yang sangat tinggi. Dalam usaha meningkatkan prestasi atlet
perlu ditingkatkan unsure-unsur kondisi fisik, teknik, taktik, kematangan
mental, kerja sama, dan kekompakan serta pengalaman dalam bertanding.
Persiapan
kondisi fisik sangat penting untuk meningkatkan dan memantapkan kualitas
teknik. Tanpa persiapan kondisi fisik yang memadai maka akan sulit untuk
mencapai prestasi yang tinggi. Tujuan dari latihan kondisi fisik adalah untuk
meningkatkan kualitas fungsional organ tubuh sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan untuk mencapai prastasi yang optimal dalam suatu cabang olahraga
tertentu.
Sebagai
calon guru, Pembina dan pelatih oalahraga yang membina anak-anak (yunio) calon
olahragawan, benar-benar dapat memberikan dasar fisik yang kuat, sehingga
anak-anak yang berbakat nantinya akan dapat berkembang mencapai prestasi yang
optimal. Untuk itu olahraga ekstrakurikuler di sekolah hendaknya memiliki
wawasan yang luas dalam hal pembinaan prestasi, karena untuk mencapai prestasi
puncak dalm suatu cabang olahraga harus dimulai sejak usia muda dengan latihan
terencana, secaara benar dan mendasar.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan kordinasi dan keseimbangan ?
2. Apa
saja macam macam kordinasi dan kesimbangan ?
3. Apa
saja Komponen-komponen pengontrol keseimbangan ?
4. Bagaimana
Tahapan tahap Dalam Proses Belajar koordinasi ?
5. Bagaimana
Koordinasi dan keseimbangan Dalam Olahraga ?
C.
Tujuan
1. Mengetahi
Apa yang dimaksud dengan kordinasi dan keseimbangan.
2. Mengetahui
macam macam kordinasi dan kesimbangan.
3. Mengetahui
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan.
4. Mengetahui
Tahapan tahap Dalam Proses Belajar koordinasi.
5. Mengetahui
Koordinasi dan keseimbangan Dalam Olahraga.
D.
Manfaat
Agar kita memahami akoordinasi dan
keseimbangan dalam olahraga untuk meningkatkan perkembangan fisik secara
umumnya, bagian fisik yang khas, menyempurnakan teknik dari olahraga yang
dipilih atau dibina. Untuk meningkatkan dan menyempurnakan taktik dan strategi
serta cara belajar teknik yang baik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A
Pengertian
Koordinasi dan keseimbangan
1. Pengertian
koordinasi
Koordinasi
adalah kemampuan otot dalam mengontrol gerak dengan tepat agar dapat mencapai
suatu fungsi khusus (Grana dan Kalenak, 1991:253)
Menurut Schmidt(1988:265) dalam
Sukadiyanto, koordinasi adalah perpaduan gerak dari
dua atau lebih persendian, yang satu sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak.
Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari
kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang
efektif dan efesien, di mana komponen gerak terdiri dari energi, kontaksi otot,
syaraf, tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromuskuler.
Koordinasi neuromuskuler adalah setiap gerak yang
terjadi dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga.
Sebab terjadinya gerak timbul oleh kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena
adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf. Koordinasi neuromuskuler
meliputi koordinasi intramuskuler dan intermuskuler. Koordinasi intramuskuler
adalah kinerja dari seluruh serabut syaraf dan otot dalam setiap kerja otot yang
berkontraksi secara maksimum. Kinerja otot tergantung dari interaksi serabut
syaraf dan serabut otot di dalam otot itu sendiri. Sedangkan koordinasi
intramuskuler menurut Pyke dalam Sukadiyanto (1991:140) yaitu melibatkan
efektivitas otot-otot bekerjasama dalam menampilakan satu gerak, sehingga dalam
koordinasi intramuskuler kinerjanya tergantung dari interaksi beberapaotot.
2. Pengertian
keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan
seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf otot. Keseimbangan juga bisa
diartikan sebagai kemampuan relatif
untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi
(center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh
dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk
menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk
beraktivitas secara efektif dan efisien.
Keseimbangan merupakan interaksi
yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan
somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan
jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik,
basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan
kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti,
usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman
terdahulu.
B
Macam-macam
Koordinasi dan keseimbangan
Pada dasarnya koordinasi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu koordinasi umum dan koordinasi khusus
a) Koordinasi
umum
Kemampuan seluruh tubuh
dalam menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan
suatu gerak. Artinya, bahwa setiap gerak yang dilakukan melibatkan semua atau
sebagian besar otot-otot, sistem syaraf, dan persendian. Untuk itu, koordinasi
umum ini diperlukan adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang
lainnya, agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga dapat
harmonis dan efektif sehingga dapat menguasai keterampilan gerak yang
dipelajari. Koordinasi umum merupakan unsur penting dalam penampilan motorik
dan menunjukkan tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang
b) Koordinasi
Khusus
Kemampuan
untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota badan secara simultan. Pada
umumnya setiap teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil perpaduan antara
pandangan mata-tangan (hand eye-coordination) dan kerja kaki (footwork).
Koordinasi khusus merupakan pengembangan dari koordinasi umum yang
dikombinasikan dengan kemampuan biomotor yang lain sesuai dengan karakteristik
cabang olahraga. Ciri-ciri orang yang memiliki koordinasi khusus yang baik
dalam menampilkan keterampilan teknik dapat secara harmonis, cepat, mudah,
sempurna, tepat, dan luwes.
Keseimbangan terbagi atas dua yaitu :
a)
keseimbangan
statis
Kemampuan
tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan
satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan)
b) keseimbangan
dinamis
kemampuan
untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak
C
Komponen-komponen
pengontrol keseimbangan adalah :
a) Sistem
informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual,
vestibular, dan somatosensoris.
1) Visual
Visual
memegang peran penting dalam sistem sensoris. keseimbangan akan terus
berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama
untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan
gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi
tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting
untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita
berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek
sesuai jarak pandang.
Dengan
informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap
perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang
sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
2) Sistem
vestibular
Komponen
vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan,
kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor
sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem
vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor
dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem
labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama
ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa
stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio
retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus
vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi,
dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron
melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot
proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot
postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
3) Somatosensoris
Sistem
somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.
Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula
spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi
ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam
ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan
sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi
lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba
di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran
akan posisi tubuh dalam ruang.
b) Respon
otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis
mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot
baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat
berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika
respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon
yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam
melakukan fungsi gerak tertentu.
c) Kekuatan
otot (Muscle Strength)
Kekuatan
otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang
dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon
motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan
otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban
internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem
neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot
untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi,
maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus
adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.
Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan
gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus
mempengaruhi posisi tubuh.
d) Adaptive
systems
Kemampuan
adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika
terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
e)
Lingkup gerak sendi
(Joint range of motion)
Kemampuan
sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan
yang memerlukan keseimbangan yang tinggi
D Tahapan Dalam Proses
Belajar koordinasi
a) Tahap
Pengembangan koordinasi kasar
Bentuk-bentuk gerakan
kasar dapat dikarakteristikkan sebagai penguasaan teknik-teknik kasar dan
terbatas yang berkenaan dengan kualitas gerakan-gerakan yang diperlukan,
seperti:
·
Pengaruh kekuatan yang
tidak memadai, pemborosan energi, kram otot (koordinasi otot yang rendah)
dengan konsekuensi kelelahan yang cepat.
·
Unsur-unsur gerakan
tunggal yang tidak digabungkan dengan lancar, karena kurangnya koordinasi.
·
Gerakan-gerakan belum
cukup tepat.
·
kekurangan keharmonisan
dan ritme gerakan-gerakan yang diamati.
·
b) Pengembangan
koordinasi halus
Bentuk gerakan-gerakan
halus dicapai melalui pengulangn-pengulangan lebih lanjut yang mengambangkan
kualitas gerakan-gerakan. Tempo tersebut meningkat sampai pada kecepatan yang
kompetitif. Bagian-bagian gerakan tungggal untuk teknik-teknik yang lebih
kompleks dikembangkan secara terpisah dan dikombinasikan bersama
c) Tahap
Stabilisasi Dan Otomatisasi
Tahap stabilisasi;
pertama-tama hendaknya membawa atlet kedalam posisi dimana ia dapat menerapakan
teknik-teknik dalam situasi kompetitif yang sulit. Atlet tersebut mampu
menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang sulit dan berubah-ubah dari
suatu kompetisi. Penguasaan teknik yang sempurna dalam kondisi ini hanya
dicapai melalui praktek dalam banyak kompetisi. Karena tingkat otomatisasi yang
tinggi, para atlet dapat memberikan perhatian pada tugas-tugas taktis dalam
kompetisi. Pengaruh dari kapasitas kondisioning adalah jelas tanpa rintangan
dalam penampilan.
Prestasi merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan
mental atau psikis, sehingga aspek tersebut perlu dipersiapkan secara
menyeluruh, sebab satu aspek dengan aspek lain akan menentukan aspek lain.
Fisik merupakan pondasi bagi olahragawan, sebab teknik, taktik dan mental akan
dapat dikembangkan dengan baik jika olahragawan memiliki kualitas fisik yang
baik. Jadi teknik dapat dikembangkan dan dikuasai jika atlet memiliki kualitas
fisik yang baik.
E
Koordinasi
dan keseimbangan Dalam Olahraga
Koordinasi dalam olahraga erat
kaitannya dengan sistem saraf manusia. Kemampuan seseorang untuk merangkai
berbagai macam gerakan, merupakan performa yang sudah terkonsep dalam sistem
sarafnya.
Untuk
mendapatkan kemampuan koordinasi yang baik, seorang atlet harus memiliki
berbagai macam pengalaman gerak. Bukan hanya terpaku pada pola gerak cabang
olahraga yang ditekuninya saja. Seperti halnya, seorang pemain sepakbola. Jika
dulunya memiliki pengalaman gerak memainkan permainan sepak bola, maka dia akan melakukan gerakan
menyundul bola dengan pola loncatan.
Kemampuan
koordinasi akan terlihat dari harmonisasi dan keindahan gerak yang ditampilkan.
Ketika gerakannya sudah harmonis dan indah dipandang mata, maka dia sudah
memiliki yang namanya koordinasi.
Dibutuhkan
kemampuan sistem saraf terutama otak yang cerdas untuk menampilkan koordinasi
gerak yang bagus. Selain harmonis dan indah gerakannya, energi yang dikeluarkan
akan semakin efisien dan efektif.
Keseimbangan dalam olahraga ditujukan untuk membantu
meningkatkan kekuatan otot pada anggota bawah (kaki) dan untuk meningkatkan
sistem vestibular/kesimbangan tubuh. Otak, otot dan tulang bekerja bersama-sama
menjaga keseimbangan tubuh agar tetap seimbang dan mencegah terjatuh. Ketiga
organ ini merupakan sasaran yang terpenting dan harus dioptimalkan pada latihan
keseimbangan, untuk itu program latihan integrasi yang lengkap harus
dipersiapkan oleh seorang fisioterapis. Dasar untuk menciptakan program latihan
keseimbangan yaitu pada awalnya adalah latihan penguatan kemudian latihan
penguatan tersebut dimodifikasikan dengan latihan keseimbangan seperti berdiri
dengan satu kaki atau memejamkan mata.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
olahraga sangat dibutuhkan sekali kondisi fisik, teknik, taktik/strategi dan
mental. Komponen dasar kondisi fisik terkhusus pada keseimbangan (balance), dan
koordinasi (coordination).
Dari komponen-komponen dasar kondisi fisik tersebut, perlu mendapat latihan
yang sesuai dengan porsinya, karena komponen tersebut mempunyai perbedaan dalam
sistem energy, bentuk gerakan, metode latihan, beban latihan dan lain
sebagainya yang digunakan pada berbagai kegiatan olahraga
B. Saran
Diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan pembelajaran koordinasi dan keseimbangan dalam olahraga sesuai
dengan kaidah-kaidah yang ada dan dapat
di terima secara keilmuan. Penulis banyak berharap para pembaca bisa memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber: healthupyourlife.blogspot.com
https://dhaenkpedro.wordpress.com/keseimbangan-balance/
https://pengetahuanolahraga.wordpress.com/2011/07/16/koordinasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar